Tuesday, September 18, 2012

she is pregnant! Now...what?




image taken from here


In fact, 
semua laki-laki,  alias calon ayah yang baru pertama kali mau punya baby pasti ngerasa bingung dan clueless harus melakukan apa ketika tau "istri saya hamil"

Ada sebuah must read article yang sungguh berguna dari ayahbunda sebagai clue buat dad to be,  yaitu 17 petunjuk yang nggak akan pernah "basi" supaya calon ayah sukses mendampingi istri tercinta di masa kehamilan hingga bersalin. 






  1. Saat istri mengabarkan: Aku hamil. Jangan melontarkan kalimat meledek, seperti: Yakin, itu anak saya? Karena pada momen ini, banyak wanita mengharapkan suaminya bereaksi romantis. Ucapkan kata-kata cinta. Satu dua tetes air mata Anda akan membuat momen ini sempurna di mata istri.
  2. Morning sickness tidak mengada-ada. Kehamilan disertai dengan gejala morning sickness seperti mual, muntah, sensitif bau, tidak tahan sinar matahari, malas mandi dan lainnya. Selagi mengalami morning sickness, wanita hamil bisa beraksi berlebihan terhadap bau. Jangan protes. Pahami, tidak banyak yang bisa dia –atau Anda– lakukan untuk mengurangi rasa mual tersebut. Usahakan Anda tidak beraroma kuat selagi berada di dekatnya.
  3. Jangan sentuh payudaranya. Selagi hamil, payudara istri jadi lebih besar, lebih sensitif dan seksi karena sedang bersiap menjadi "pabrik susu" untuk bayi Anda. Jangan disentuh karena terasa sakit, kecuali bila istri mengizinkan. Pemandangan ini pun akan biasa Anda temui di ruang tunggu ketika mengantar istri cek ke dokter kandungan. 
  4. Sering buang gas dan sendawa. Hormon kehamilan membuat sistem pencernaan ibu hamil bekerja lebih lambat agar nutrisi makanan tercerna dan terserap sempurna untuk tumbuh kembang janin. Melambatnya kerja pencernaan membuat ibu hamil mengalami konstipasi dan ada banyak gas di dalam perutnya, sehingga ia jadi sering bersendawa atau buang gas. Tidak cute, memang! Tapi, jangan mengolok-olok atau berkomentar negatif terhadap suara dan aroma yang ditimbulkan. Kalau terganggu, cari saja alasan untuk menjauh sebentar darinya. 
  5. Haus perhatian. Jujur saja, Anda tentu pernah lupa bahwa istri sedang hamil dan cuek. Padahal, para istri berharap saat merasa tidak nyaman akibat hormon kehamilan, suami memberi perhatian dan support yang cukup.
  6. Tidak tertarik pada seks. Perubahan hormon memang membuat wanita hamil bergairah di trimester kedua, tapi perasaan tidak cantik akibat perut membesar dan payudara nyeri menghambat minatnya untuk berhubungan seks. Sebaiknya luangkan waktu untuk memanjakan istri, "servis" Anda bisa menyulut gairahnya. kalau berhasil, tetap lakukan posisi seks yang aman ya. 
  7. Mood swing. Bukan ingin membuat Anda takut, Jeff Kimes dalam buku Pregnancy Sucks for Men, menulis: mood naik turun itu mirip gejala PMS (menjelang haid), tetapi berlipat ganda! Dalam sehari, istri bisa merasa sedih, bahagia, takut, rewel, emosinya tidak bisa ditebak. Semua disebabkan perubahan hormon yang dramatis, dikombinasi perasaan cemas karena akan menjadi ibu. Berikan simpati Anda dan hindari pertengkaran dengan istri. Kalau pun sampai bertengkar, biarkan istri yang menang.
  8. USG. Ini adalah alat untuk mengintip kondisi janin , seperti jenis kelamin dan posisinya dalam rahim. Pertama kali melihat janin melalui layar USG tahan mulut Anda untuk berucap: "Ih, bentuknya seperti anak tikus!" Jangan menggerutu bila tidak bisa melihat janin di layar USG. Bila beruntung dapat melihatnya, perhatikan setiap detailnya. Ketika janin mulai menendang, tunjukkan antusias Anda untuk merasakan tendangan janin. Jika terlihat tidak gembira , soal tendangan janin pun bisa berujung masalah.
  9. Jadi pelatih olah nafas. Bernapas dengan benar, dapat mempermudah proses persalinan sekaligus mengurangi nyeri. Saat bersalin, istri sering lupa teknik bernapas yang ebnar, sehingga butuh bimbingan dari pendamping persalinan. Artinya, Anda juga perlu belajar teknik bernapas, dong!
  10. Menolak tidur seranjang. Saat hamil, selain perutnya membesar dan "makan tempat", istri sering bolak-balik ke toilet, sakit punggung dan kegerahan, sehingga kualitas tidurnya di malam hari terganggu. Jangan sakit hati bila ia meminta Anda tidur di kamar atau ranjang berbeda, karena ia butuh ruang tidur lebih luas.
  11. Tutup mulut pada momen sensitif.  Baik sedang di ruang dokter maupun di kelas senam hamil, ikuti aturan ini: kecuali Anda punya kalimat yang bijak dan supportif, lebih baik diam. Seperti, saat istri menimbang badan dan mengetahui beratnya naik 15 kilo. Jangan ubah nama panggilannya menjadi "Ndutt", atau saat dia merasa risih sesudah periksa dalam, jangan meledek, "Cincin dokternya ketinggalan di dalam, nggak?”
  12. Hiduplah bersamanya. Atau dengan kata lain, cepat tanggap terhadap kondisi istri dan perhatikan kebutuhannya, setiap saat. Tamara Pullman, istri aktor film Sommersby, Bill Pulman, sedang hamil saat suaminya sibuk syuting film. Meski demikian, setelah 12 jam bekerja di lokasi syuting, Bill, toh, akan pulang ke rumah, berbaring di lantai bersama istrinya untuk berlatih olah napas ala Lamaze dipimpin seorang instruktur. Tamara kagum pada keterampilan Bill berlatih napas, sampai akhirnya ia mendengar suara Bill... mendengkur. Bayi mereka kini remaja. Namun Tamara masih mengenang momen indah itu sebagai salah satu bukti dedikasi Bill.
  13. Bersiap untuk hari persalinan. Itu berarti, Anda tahu kapan tanggal perkiraan persalinan istri. Catat di tempat yang mudah terlihat, dan siapkan diri, misalnya dengan mengajukan cuti, tidak membuat janji dan berada di kota yang sama dengan istri sekitar hari H. Sebulan sebelum due date, siapkan koper untuk dibawa ke rumah sakit. Siapkan pula fisik dan mental, agar Anda fit selama mendampingi istri dalam proses persalinan yang mungkin memakan waktu berhari-hari. Yang tidak kalah penting, dana juga sudah Anda siapkan.
  14. Proses persalinan dimulai saat ia mengatakannya. Sudah hari H dan istri mulai kontraksi. Anda panik dan menariknya ke rumah sakit? Jangan dulu. Proses persalinan terdiri dari beberapa fase. Kontraksi bukan satu-satunya tanda bayi akan lahir. Apalagi bila jarak waktu kontraksi tidak teratur, tidak bertambah kuat dan cepat, tanpa nyeri di bagian bawah perut dan hilang bila istri mengubah posisi. Bisa jadi itu kontraksi paslu (Braxton Hicks)! Istri harus berangkat ke rumah sakit bila kontraksi sudah semakin sering, ada pengeluaran lendir dari vagina, dan (tidak selalu) air ketuban keluar. Umumnya, secara naluriah calon ibu akan lebih waspada, sehingga Anda tidak perlu memaksanya bergegas. Beri istri waktu untuk menghitung kontraksi. Bila ingin membantu, hubungi rumah sakit untuk berkonsultasi. 
  15. Jangan menguasai TV di kamar bersalin. Hari H mungkin bertepatan dengan seri kejuaraan sepak bola dunia. Jangan serta merta menguasai televisi di ruang persiapan persalinan, apalagi jika istri sedang kesakitan! Biarkan dia yang menikmati televisi agar bisa mengalihkan perhatiannya dari rasa nyeri. Bila dia mengizinkan Anda menonton, kecilkan volume dan menontonlah sambil tetap siaga.
  16. Jangan mengeluh di tengah proses persalinannya. Entah Anda lelah, lapar, mengantuk, masuk angin selama menunggu istri melahirkan... jangan pernah mengeluh di tengah persalinan. Rasa sakit atau masalah Anda, tidak ada artinya dibanding kesakitan yang tengah istri alami!
  17. Bayi lahir, tugas berikutnya menanti.  "Huaah, selesai sudah tugasku!" ujar Anda, lega, ketika bayi lahir selamat, sehat dan lengkap. Padahal, lahirnya bayi bukan akhir, tetapi justru awal dari segalanya. Inilah dimulainya peran Anda yang sebenarnya sebagai ayah!  Anda boleh beristirahat setelah mendampingi istri melahirkan. Tetapi, sadari bahwa istri jauh lebih lelah, karena kelelahan fisik pasca bersalin ibarat sehabis bertinju 12 ronde! Jangan cuma bisa memamerkan bayi. Ikutlah merawatnya dan pelajari ilmunya sejak awal kehamilan istri.

*hehehe...article yang sungguh "ngena", si Airen kudu baca baik-baik dan meresapinya dengan segenap jiwa raga. supaya terus jadi calon ayah siaga!*







No comments:

Post a Comment