Wednesday, January 27, 2016

HEDONIC TREATMILL


Malem-malem belom bobo,
dapet kiriman posting beginian dari Mak Rika. 

Bener juga yaaa... berasa banget waktu masih single, kerja di perusahaan swasta dengan gaji yang padahal lumayan... walaupun bisa nabung, tapi tetep ngerasa kurang. Kemungkinan besar karena kebanyakan mimik cantik, makan mewah, sama jalan-jalan asoy. 

Trus.. pas ganti status jadi abdi negara dengan gaji enam koma alias tanggal enam udah komaaaaa rasanya hampaaaa banget. Kalo dulu belanjain duit 50 ribu komen nya cuma "udah lah beli aja, 50 ribu doang..." sekarang, sisa 50 ribu di dompet tuh di sayaaaaang sayang bangeeeettttt. Kalo kata pak mentri siapa tuh ya kemaren di koran, kalau mau kaya jangan jadi PNS, PNS ga boleh kaya, gitu..... *salim sama si bapak, awas ya kalo bapak korupsi!*

Intinya adalah... semua balik ke gaya hidup!  Mas Andri salah satu temen di kantor pas lagi heboh-hebohnya pe en eys uang makan dipotong (udah cuma 20rb, dipotong pula, sedih amat) bilang kalo yang perlu dirubah adalah gaya hidup, (di bold, dan di italic nih kata-kata) MERUBAH GAYA HIDUP. Duit seberapa banyak pun nggak akan pernah cukup, kecuali kita ubah gaya hidup. Dan berpedoman pada "kebahagiaan" bukan "kekayaan" dan walaupun lo kaya... belom tentu bahagia 🙏🙏🙏

Naaaah pas banget nih ama postingan dibawah. 

Semoga sharing ini bisa
untuk renungan malam kita sebelum istirahat setelah seharian bekerja 

HEDONIC TREATMILL
Pertanyaan: Kenapa makin tinggi income seseorang, ternyata makin menurunkan arti/fungsi/peran uang dalam membentuk kebahagiaan?

Kajian-kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama: “hedonic treadmill”.

Gampangnya, hedonic treadmill ini adalah seperti ini: saat gajimu 5 juta, semuanya habis. Saat gajimu naik 30 juta per bulan, eh... semua habis juga. Kenapa begitu? Karena harapan/ekspektasi n gaya hidupmu pasti ikut naik, sejalan dg kenaikan penghasilanmu. Dengan kata lain, nafsumu utk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat sejalan dg peningkatan income-mu. Itulah kenapa disebut hedonic treadmill: seperti berjalan di atas treadmill, kebahagiaanmu tidak maju-maju!

Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan.
Saat income 10 juta/bulan, mau naik Daihatsu.. Saat income 100 juta/bulan ingin berubah naik Jaguar. Itu salah satu contoh sempurna tentang jebakan "Hedonic Treadmill".

Hedonic treadmill membuat ekspektasimu akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaanmu stagnan, meski income makin tinggi. 
Ada eksperimen menarik: seorang pemenang undian lotere berhadiah senilai US$ 50 juta dilacak kebahagiaannya 12 bulan setelah ia mendapat hadiah. Apa yang terjadi? 12 bulan setelah menang hadiah US$50 juta, level kebahagaiaan orang itu sama dengan sebelum ia menang undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill.

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita terhindar dari jebakan hedonic treadmill? 
Lolos dari jebakan nafsu materi yg tidak pernah berujung?

Terapkanlah  gaya hidup yg bersahaja.. sekeping gaya hidup yg tidak silau dengan gemerlap materi.

Mengubah orientasi hidup, makin banyak berbagi, semakin banyak memberi kepada orang lain, teruji justru semakin membahagiakan... Bukan -lah banyak mengumpulkan materi yg membuat kebahagiaanmu terpuaskan.

When enough is enough. 

Kebahagiaan itu kadang sederhana: misal masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga yg sehat, tersenyum memulai hari hari, menyapa dan mengasih tip ke tukang sampah, lanjut membaca "makanan" spiritual sepanjang perjalanan menuju tempat tugas berbakti utk bangsa dan agama, maka betapa indahnya hidup ini! 

Selamat menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya para sahabat2 ku.

 “Kekayaan itu sebenarnya adalah kebahagiaan  jiwa.”

No comments:

Post a Comment