Saturday, December 12, 2015

Tak Usahlah "Kepo dan Tahu Campur"


Kata Puti di FB-nya :


"Menyisipkan hal-hal yg terkesan pamer dan ga mau kalah itu sebetulnya merupakan bentuk kompensasi untuk menutupi sesuatu (most likely kekurangan), sekaligus kebutuhan yang teramat sangat akan pengakuan dari orang lain...pathetic sebetulnya.
Tapi yang paling malesin itu sih yang suka sok paling pinter sendiri, paling tau, tukang ngejudge, sehingga orang lain kayanya adaaaa aja salahnya.
Padahal siapa gw, siapa elu, siapa kita, di dunia yang luas ini, sehingga berhak merasa Maha Tau?"

Emberrrrrrr!!!!
Setuju...

Saya juga kadang mikir kayak gitu. Orang-orang yang mau "repot" mengurusi kehidupan orang lain ya memang simply hidupnya 'nggak ada kerjaan' dan 'ga ada yang dipikirin' aja. Jadi cari-cari bahan pemikiran supaya otak terus berputar dan hidupnya jadi terasa lebih 'hidup.' Sehingga segala urusan orang lain juga ikut dipikirin. Baik banget yaaaaaaaaa selalu mikirin orang lain (it's a waaaaaay better kalau kebaikan tersebut disalurkan ke hal yang positif seperti memikirkan sampah di jalan yang semakin menumpuk, memikirkan bagaimana supaya jakarta nggak lagi banjir dan macet, memikirkan supaya anak-nak di desa terpencil mendapatkan gizi yang cukup, masih ada lebih dari sejuta  bahan pikiran yang bisa dipikirin)




Jadi inget kata-kata pemilik sekolah game maker Bapak Soemardjan yang sempat jadi dosen tamu dan cerita kenapa akhirnya dia memutuskan kembali ke Indonesia padahal hidup di luar negri jauh lebih enak dan teratur?

Jawabannya adalah karena dia ingin mencari masalah yang bisa dipecahkan. Dan indonesia adalah "gudangnya masalah", tinggal pilih aja masalah mana yang mau dipecahkan lebih dulu.

Nah kan??? tidak perlu repot-repot meributkan masalah pribadi hidup orang lain, cukup bantu jokowi dengan memikirkan bagaimana meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia dan mencari solusi atas segudang masalah sosial yang dihadapi.

Saking heran-nya, saya sampe sempet nyeletuk ke Airen :
"kayaknya, doi segitunya ya emang karena sehari-hari nggak ada yang dipikirin. kalo kita kan masih mikirin kerjaan kantor, tugas kuliah, ngurus anak, ngurus rumah, cari duit buat sekolahin adek, cari tambahan biar bisa nabung, daaaaaan lain lain, wong mikirin masalah sendiri aja udah pusyiiing, nggak punya energi lagi buat mikirin urusan pribadi orang lain. hihihihi"


Eniwey busway... Ada tulisan bagus dari Rhenald Kasali bagaimana supaya anak terlatih untuk bisa survive dalam challenge yang diberikan kepada mereka.


-------------------------------


(By ... Rhenald Kasali)
Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.
Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.
Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan. Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.
Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.
Hadiah orangtua
Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".
Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.
Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.
Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.
Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"
Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan. Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.
Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".
Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak. Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya. Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.
Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung. Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.
Panggung orang dewasa
Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif. Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.
Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui. Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu: hidup seperti ini sungguh menantang.
Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.
Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.
Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.
Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya. Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.
Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan. Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21: bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas. Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir. Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.
Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan. Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja: orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu. Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan







Wednesday, December 2, 2015

Info Jurnal dan Ebook literatue gratis



Hellow yellow...


Topik blogging kali ini agak menyimpang dari redline blog mylittlebow tentang bayi, anak, menyusui, parenting dan segudang curhatan emak-emak lainnya. Oh tapi masih relate sih sama yang bagia curhatan emak-emak nyaaa... hehehe


Ya sudah lah ya, apalah artinya redline yang penting kan “berbagi-nya”

I share, because I care….

(begitulah kalimat yang tertulis di profile salah satu selebgram papan atas…hihihi *nyontek*)


Belakangan, saya lagi lelah bongkar-bongkar mbah gugel buat cari-cari referensi literatur. Sampai akhirnya  “nemu” harta karun yang padahal ada di depan mata, tapi saya nya aja bloon nggak tau gimana “buka”-nya.

Tulisan kali ini sangat bermanfaat buat adik-adik kinyis-kinyis yang lagi bikin TKA, skripsi, or thesis. Ataupun emak-emak yang mujur bisa makan bangku kuliahan lagi *debus kali ah, makan bangku*, dan pengen menyelesaikan thesis ini secepat dan sekeren mungkin (Selesai tepat waktu aja padahal udah syukuuuur Alhamdulillah, nggak perlu embel2 keren juga gak papah )


Sebelumnya, saya terangkan dulu. Kalau untuk mendapatkan jurnal atau ebook ilmiah itu biasanya kita harus beli. Berapa harganya? Mehong cyiiiinnn… antara  500rb sampe juta-juta-an kalau di rupiahin. Mending duitnya buat nyicil rumah yaaaak.

Jadiiiiii….. nyari jurnal atau ebook gratisan dimana siiiiih?


            Google

Googling aja dengan keyword:  free journal ebook pdf
Mudah-mudahan dapet  :) 

Proquest

Nah, biasanya… kampus-kampus negeri udah langganan.  Jadi kita bisa masuk lewat username sama password yang didapat dari kampus.

Contohnya adalah di Universitas Indonesia.  Penjelasan awalnya ada disini

Buka webmail UI melalui www.webmail.ui.ac.id

Lalu masukkan password SIAK NG

Kemudian kita akan menemukan email yang dikirim dari UI nya. Biasanya, judul emailnya “informasi akses ke online database” . Di dalam email tersebut, akan didapati username dan password untuk login ke proquest.

Misal: (ini password Nov 2015)
Account ID : JNXSWLPAQF
  Password : KamiKaze#3

Kalau sudah, kita bisa bukaa langsung web proquestnya melalui:

http://search.proquest.com setelah kebuka, masukin deh username sama passwordnya. Jeng jeeeeeng kebuka tuh semua!
 
Note: 
1.  tiap bulan passwornya ganti, jadi kudu cek si webmail sebulan sekali
2.  Literaturnya Cuma bisa dibaca, gak bisa di download. *yaaaah penonton kecewa*




ini andelan saya banget!!!
Kita cukup googling judul-judul  jurnal  yang  terkait  dengan keyword yang kita cari. Setelah ketemu, misalnya ada di web science direct lalu perhatikan nomor DOI nya.
Apa itu DOI? Saya nggak tauuu…. Hahaha tappi kayaknya ini adalah special code dari sebuah subject jurnal. Tiap jurnal punya kode DOI nya sendiri. Ibaratnya nomor panggil lah…

Setelah dapat nomor DOI, lalu kita catat, dan masukkan ke dalam search button di web sci-hub tersebut.

Tadaaaaa….!!! Jurnal-jurnal mahal langsung nongol. Server-nya ada di Rusia. So, makasih ya orang-orang rusia, sudah membuat web keren untuk mahasiswa kere kayak saya ini…



Another buah karya orang rusia, yang bisa membantu kita dapetin ebook harga selangit untuk mahasiswa irit. Kalau sci-hub isinya kebanyakan jurnal, web ini berisi koleksi buku-buku. Dan lumayan cukup update loh koleksi disini. One of my favorit web, super helpful

Udah itu aja :) 

Kalau nanti saya ada info terbaru, akan saya update. Atau kalau ada yang punya info yang lebih yahud…  plisss saya dikasi tau yessssss.