Belakangan ini lagi sering banget bertanya, either dalam hati atau ke temen-temen deket
" itu orang pada kaya-kaya banget kerjanya apa ya...?"
Karena buat sobat misqueen kayak saya, rasanya mustahil bisa beli rumah harga milyaran, Tas-tas branded yang padahal bentuknya cuma begitu doang tapi harganya lebih mahal dari motor, handphone dengan 3 camera bulet seperti boba chatime seharga uang pangkal masuk sd, atau beli mobil mevvvvah yang pajak-nya aja jauh diatas gaji bulanan saya.
Nyangkul berapa puluh tahun ya bisa kekumpul duit segitu 😅😅😅
Setelah drama ART vs Mertua yang akhirnya bikin kami mengistirahatkan mpok yang udah 2 tahun bekerja di rumah, rasanya tuh pengen banget punya rumah sendiri yang emang bener-bener "my home my rules" i dont need perfection, i just need someone to help me, cukup dengan pulang kantor bisa mendapati rumah bersih, rapih, makanan gendhis tersedia, dan setrikaan aman. Gitu aja aku happy.
Jadi lah saya dan airen mulai lirik-lirik rumah. Ya tuhan, harga rumah mahal-mahal banget yaaaaa.
Karena dari lahir tinggal di kampung yang jalanannya semakin hari semakin sempit (saya udah nyerah nyupir masuk-masuk gang, karena bolak balik nyerempet tembok tetangga).
Sekarang, saya mau share kriteria rumah impian saya. Boleh dong bermimpi... insyaAllah kalau tuhan memeluk mimpi saya, the dream will come true. Lagi pula kalo kita punya mimpi yang spesifik, lebih kebayang aja step by step cara mencapainya 😁
Kriteria rumah impian saya adalah
1. Di dalam komplek.
Kebayanganya gendhis nanti bisa main sama temen-temen di komplek dan nggak banyak mobil atau motor seliweran (jadi anak saya bebas main sepeda, lari-larian), punya tetangga dengan tutur kata sopan (haduh mak, klo tetangga depan rumah yang sekarang tutur katanya sungguh sangat mengerikan, nggak rela melepas bocah bermain, bisa-bisa pulang membawa kosakata baru yang bikin emak-nya garuk garuk tanah!)
2. Punya jalanan besar
At least 2 jalur buat kanan kiri aja udah perfect banget. Saya besar dan tinggal di gang yang cuma muat satu mobil, yang akhirnya membuat saya bolak balik nabrak sampe trauma nyetir. Apalagi saya paling nggak bisa nyupir mundur. Pernah suatu hari papasan mobil, saya akhirnya turun dan kasi kunci ke supir mobil depan supaya dia mundurin mobil saya. Bodo amat deh, daripada nyenggol kan! Nyetir mobil di sepanjang gang rumah (lewatin spot parkir anak kuliahan yang seneng parkir sembarangan, dan tukang jualan yang kian hari area dagangnya kian maju di bibir jalan) sampai akhirnya berhasil keluar jalan raya seperti satu tarikan nafas yang ditahan lalu ambyarrrr hahahaha.
3. Ada playground atau taman.
Supaya gendhis happy bisa lari larian main, dan kebayangnya sih kalo rumah di komplek saya bisa lari pagi dengan tenang tanpa harus berhadapan dengan kawanan motor yang mirip nyamuk plus menghirup banyak asap kendaraan Hoek!
4. One gate sistem, security aman 24 jam, deket sekolah bagus dan akses nya gampang buat ke kantor
Saya kepincut sama rumah dengan luas seuprit, harga selangit di kawasan serpong. Suasana kompleknya homey bangeeetttt dan fasilitasnya sangat lengkap. Tapi aksesnya lumayan jauh dan harganya nggak Ku-Ku!
Rumah lain yang saya incer berada di tengah tengah antara rumah ortu saya dan ortu airen. Superrrr perferct in terms of location. Karena orang bijak mengatakan bahwa ada 3 hal yang paling penting untuk diperhatikan ketika membeli rumah. Yaitu:
1. Lokasi
2. Lokasi
3. Lokasi
So.... lokasi adalah koentji!
Selain itu, lokasi ini adalah impian saya banget dari jaman SD. Dulu, saya sering lewat sana. Tiap kali lewat dalam hati selalu ngomong "aduh, kalo udah gede pengen punya rumah disini". Iya, saya selalu menginginkan punya rumah di komplek yang jalanannya gede 😃😃.
Selain itu, pas kemarin iseng lihat rumah contohnya, saya langsung JATUH CINTA SETENGAH MATI! Design dan layoutnya baguuussss banget, dan kualitas bangunan serta material yang dipake juara deh!. Hanya saja harganya sungguh edyannnn.
.
Belum lagi, kemaren nonton tv, isinya bincang bincang antara seorang penyanyi dangdut dengan bapak-bapak konsultan investasi. Si bapak bilang, kalo investasi yang paling gampang dan menguntungkan adalah properti. Kenapa?
1. Nilai nya selalu naik. Hampir nggak pernah ada dalam sejarah, kalo inves properti terus harganya turun
2. Gampang. Rumah nggak perlu 24 jam dijagain, toh gak bakal ilang dan akan selalu disitu. Beda sama emas, yang kalo digeletakin aja pasti diambil orang
3. Tidak perlu sedia uang banyak. Maksudnya, iya sih harganya mahal, tapi kita nggak perlu punya uang cash sebanyak itu di awal, karena bisa dicicil.
Meskipun nanti suffer buat bayar cicilan bulanannya, dan belom keliatan juga nih duit nya dari masa depan, Tapi kita udah bisa memiliki rumah tersebut. Either buat ditempatin atau disewain.
Begitulah kira-kira.
Jujur aja, saya lah yang kekeuh pengen punya rumah sendiri. Bukan nggak bersyukur dengan rumah kami yang saat ini udah jauh dari cukup, tapi saya pengen punya investasi. Uang yang ada sekarang, kalau nggak segera di invest, takutnya akan menguap begitu saja dan malah nggak jadi apa-apa.
Di sisi lain, rumah yang kami tempatin sekarang belum jelas surat-suratnya, dan kami belum pegang dokumen apapun. Amit amit jangan sampe kalo nanti kenapa-kenapa dan kami harus pergi dari rumah itu, mau pindah kemana dong? Apalagi makin hari harga rumah makin nggak masuk akal ye kan? Lihat saudara-saudara kami yang sudah tua tapi masih jadi kontraktor, rasanya saya ngak mau seperti itu. Setiap bulan bingung mikirin uang kontrakan, sedangkan tempat tinggal itu nggak akan jadi miliknya. Beda dengan cicilan, meskipun berat tapi jadi milik sendiri.
Begitulah, singkat cerita akhirnya kami membayar booking fee di sebuah perumahan yang buat kami ideaaaaaal banget, memenuhi kriteria yang saya pengen.
Tapi ternyata, nggak semudah itu jalan kami untuk punya investasi rumah. Meskipun di approve sama bank, ternyata bunga-nya TINGGI BANGET dan setelah dihitung ulang, kami nggak sanggup bayar cicilan bulanannya. Sedih... jiwa miskin ku meronta ronta.
Udah gitu, tipikal marketing properti kan ngejerrrrr terus. Jadi setiap hari dia wa in pak suami. Dan pak suami ngeluh ke saya. Apalagi dia bilang udah nggak tahan di kantornya yang sekarang, mau resign aja. Kalo ngambil rumah beban pikiran akan bertambah daaaaan macem macem keluhan lainnya.
Ya sudah, terpaksa saya hubungi marketingnya, saya memohon maaf agar proses pembelian rumah ini tidak dilanjutkan lagi karena cicilannya terlalu mahal, dan mengatakan bahwa suami saya jadi tekanan batin karena di telepon atau wa terus.
I feel really bad to my husband for being so pushy, i dont mean that. Saya cuma ingin supaya uang yang sekarang kami punya bisa diinvestasikan dengan baik buat masa depan. Kalo hanya berbentuk tabungan, nilainya nggak akan naik. Begitu juga emas... saya beli sebelum hamil gendhis, dan dijual 4 tahun kemudian. Selisihnya sedikit banget bahkan ada yang malah lebih rendah dari harga beli. Dan semakin tua usia kami, bank nggak lagi kasih cicilan dengan jangka waktu panjang.
Gitu, deh.
Kenapa ada orang yang kaya banget dan miskin banget, bagaikan langit dan bumi ya? Tiap sore jalan dari kantor ke halte MRT Bundaran HI, saya menyaksikan bagaimana setiap indivudu manusia bergerak mencari rezeki. Apalagi buat pekerja yang bukan karyawan sehingga pendapatan mereka tidak tetap. Misalnya penjual kopi starling, penjual mie ayam perempatan sarinah, penjual masker, dll. Mereka harus selalu bekerja, supaya tetap bisa makan esok hari.
Kemarin sempet ketemu ibu-ibu yang sama-sama turun dari bis. Kami harus turun sebab jalan menuju medan merdeka ditutup karena demo di MK. Ibu tersebut membawa keranjang besar dan berat. Saya intip isinya nasi kuning dan kue. Saya beli deh, kebetulan belum sarapan. Si ibu cerita kalau dia mau berangkat jualan ke MK. "Saya punya 4 anak yatim mbak, mau ke MK soalnya disana lagi rame, pasti ada yang beli makanan"
Malamnya, ada tukang kue putu di depan rumah terlihat lelah menunggu, berharap ada yang beli kue nya. Untung pak suami datang dan kepengen beli. Muka pak penjual putu jadi sumringah.
Melihat trend sekarang ini, saya merasa bahwa penjaja penjaja makanan tersebut semakin ditinggalkan. Apalagi dengan adanya ojek online dan ratusan makanan makanan baru seperti milktea, dessert kekinian, geprek2an, makin dikit orang yang mau jalan kaki beli penganan atau minuman yang dijual secara tradisional.
Halah, jadi ngelantur kemana-mana. Tapi intinya, people gonna do what people have to do. Apapun akan dilakukan, dan semoga mereka selalu istiqomah dalam mencari rezeki dan nggak putus asa.
Back to the topic...
Saya berdoa banget supaya bisa punya rumah sendiri. Bisa investasi. Tapi mungkin tuhan belum kasih jalannya.
Sama seperti keinginan punya baby lagi. I have another miscarriage 2 months ago, which make me feel soooo sad.
Mungkin semua ada waktunya. Waktu yang pas menurut Allah, bukan menurut kita.
Tetap usaha, tetap berdoa, mudah-mudahan semua mimpi bisa dipeluk dan menjadi nyata. Amin