Update blog terakhir adalah ketika trimester pertama hamil Gavin, rencananya pengen rutin nulis supaya perjalanan kehamilan terabadikan dengan baik dan infonya bisa berguna buat para ibu yang sedang menanti buah hatinya. Namun, seiring berjalannya waktu, unfortunately ada hal-hal dari kehamilan ini yang bikin saya gelisah dan nggak berani untuk nulis-nulis lagi, takut kalau endingya tidak sesuai dengan harapan saya.
Surat ini untuk Gavin Kinawa Parviz. Elang putih yang bijaksana dan penuh keberuntungan. Semoga kamu menjadi pribadi yang baik, panjang umur, sehat, kuat, shaleh, pintar, baik hati seperti doa ayah dan ibun yang tersemat pada namamu, ya Nak.
Every pregnancy and maternity have its own story. Seperti cerita kehamilan dan melahirkan mu yang sangat super duperrrr "spesial", nggak mungkin terlupakan.
Jujur, selama kehamilan kamu ibun sangat PARNO aka khawatir. Ada perasaan kayak ketakutan. Takut akan banyak hal seperti gimana nanti kalo kehamilannya bermasalah, gimana kalo ternyata harus kehilangan lagi. Setiap perut mules bawaannya langsung deg deg an, apakah ini mau pupup atau mules mau melahirkan. Tiap kali ke toilet juga ngecek underwear takut tiba tiba ada darah segar yang bisa bikin keguguran. Sering ibun ngerasa sedih dan nangis nggak jelas. Mungkin itu pengaruh hormon bumil juga ya. Mau nya dipelukin terus sama ayah daddy... huhuhu
Hal lain adalah tensi ibun yang tiba
tiba jadi tinggi. Bahkan pernah sampai 160/90. Jadinya ibun harus minum obat
hipertensi, pengencer darah dan dirujuk ke dokter fetomaternal. Bahkan sampai 3
dokter ibun datengin. Kisah pemeriksaan dokter feto udah ibun ceritain di blog
ibun ya.
Bahkan acara-acara pun pada batal atau diundur. Mungkin bagi sebagian orang yang kerja di sektor informal, ini adalah bencana. Karena banyak orang yang kena PHK, unpaid, bahkan perusahaannya tutup. Tapi bagi ibun ada "blessing" dari kondisi ini, yaitu menjelang masuk kehamilan 8 bulan, ibun bisa Work from Home (WfH). Ibun ga perlu capek ke kantor. Naik motor, sambung MRT, sambung ojek online, belum lagi kalau harus jemput Kakak G di rumah umi, badan rasanya remekkkk. WfH ibun bisa kerja sambil meeting dari kasur pake daster. Alhamdulillah nyaman. Kantor ayah juga WfH. Sekolah mbak gendhis juga remote alias school from home. Jadi selama 2 bulan lebih kita di rumah aja nggak kemana-mana kecuali belanja makanan sama ke RS.
Sejujurnya, ibun bahagia, karena ditemenin terus sama ayah dan mbak G. Apalagi bersamaan dengan bulan ramadhan. Orang-orang dianjurkan supaya beribadah di rumah aja, nggak ke masjid. Alhamdulillah jadinya tiap hari 30 hari full bisa buka puasa sekeluarga di rumah. (sesuatu yang dulunya cuma impian ibun, yaitu bisa buka puasa di rumah tiap hari sama ayah dan mbak G - maklum, ayah lembur melulu, atau kadang pas bedug ibun masih berjuang di jalanan buat pulang).
Selain itu, impian lain yang jadi kenyataan adalah bisa shalat tarawih di rumah bertiga, ayah yang jadi imamnya. MasyaAllah. Ada sekitar dua minggu dimana ayah tidurnya pisah kamar, karena kepalanya pusing dan batuk batuk. Khawatir ibun dan kakak G ketularan. Saat itu ibun bangga karena ayah shalatnya rajin, bahkan bangunin ibun buat shalat malam. (Meskipun sekarang, setelah kamu lahir dan kembali kerja di kantor, ayah udah jarang shalat lagi. Sedih.... sampai kapan ya dia begitu, baginya pekerjaan adalah segalanya, shalat nggak bisa bikin kaya) Gavin sayang, pesan ibun... jangan tinggalkan shalat ya nak. Karena shalat mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan berterima kasih atas nikmat Allah, serta tempat kita meminta dan berdoa ketika kita ada masalah atau mengingunkan sesuatu. Selalu kembalikan kepada Allah, apapun masalah yang terjadi pada dirimu ya Nak.
Kenapa ibun bilang begitu? Karena adanya Gavin Kinawa Parviz di dunia ini adalah mukjizat Allah SWT. Pas waktu ibun lagi sedih-sedihnya takut kehilangan kamu, Abi bilang sama ibun. "Tenang aja, Jangan takut, kalau memang Allah sudah berkehendak, mau kasih anak ke kamu, ya Allah pasti kasih. Anak kamu akan jadi milik kamu. Minta baik baik sama Allah". Itu salah satu ucapan yang bikin ibun tenang sih. Kalau Allah memang menghendaki, Kun Fa Yakun, ibun akan bisa melahirkan dengan lancar dan selamat, serta anak ibun lahir dengan sehat tidak kekurangan suatu apapun
Hal itu ternyata membuat penyumbatan di saluran darah yang terhubung dengan baby semakin menyempit jadioksigen dan nutrisi yang didapatkan baby semakin sedikit. Akibatnya, berat baby di dalam perut makin ketinggalan. Padahal dokternya udah bilang dari awal-awal kehamilan, kalau berat bayi harus dikejar di awal, karena semakin tua usia kehamilan akan semakin sulit. Eh tapi ibun ngeyel nggak percaya. Ternyata bener dong, di ujung ujung kehamilan, berat baby semakin susah naiknya. Ibun baru menyadari kalau sejak awal terbyata bu dokter bukan mau nakut-nakutin tapi dia sangat realistis. Mungkin sebelumnya beliau udah pernah menghandle pasien-pasien dengan riwayat kesehatan seperti ibun, jadi mengantisipasi akan seperti apa kondisinya. Baru deh ibun insyaf, ibun minum semua obat yang dikasi dan lakukan semua yang disarankan bu dokter, demi baby di perut ibun tetap sehat dan bisa lahir dengan selamat.
Dokter ahli fetomaternal ke 2 yang ibun kunjungi adalah dr Eva Roria Silalahi. Sebelumnya ibun sudah periksa ke dokter fetomaternal di RSPI Pondok Indah, namun obgyn yang merawat ibun masih belum sreg dengan hasil pemeriksaan dokter tersebut, jadi kita cari second opinion dokter yang lebih senior. Ketika memeriksa, raut wajah bu dokter terlihat sangat serius dan berfikir, pertanda ada sesuatu. Rasanya ibun pengen langsung banyak nanya "kenapa? Ada apa? Gimana keadaannya?" tapi urung karena jujur ibun takut gak siap denger jawabannya. Jadi akhirnya diem aja sampai pemeriksaannya selesai.
Setelahnya dokter menjelaskan bahwa berat janin lebih kecil dari usia kehamilannya, kalau dilihat semua organ dalam kondisi baik, namun aliran darah seperti ada "notching". Beliau belum bisa menjelaskan lebih jauh lagi, dan saya diminta kembali cek setelah nanti usia kehamilan diatas 28 minggu agar lebih clear. Namun kalimat penutup beliau yang kemudian bikin ibun makin drop "....tapi pasti ada sesuatu....". Duh, rasanya mau nangis di tempat!
Selain itu, setiap masuk RS ada protokolnya, yaitu harus pakai masker, cuci tangan, dan di cek suhu tubuh. Untuk tempat duduk dan antrian pun dibuat "jaga jarak aman" biasanya antar tempat duduk diseling satu bangku kosong yang diberi tanda atau bahkan dikasih tali agar tidak ada orang yang duduk disitu. Dikit-dikit pake hand sanitiser. Selain itu, berdiri sebelahan sama orang lain aja rasanya serem. Saking parno nya nih, kalau terpaksa bersinggungan sama orang ibun pasti tahan napas, sampe orangnya pergi.
Hasil kontrol di week 32 ternyata berat janin masih tetap ketinggalan. Hiks hiks. Kemudian ibun diminta menjalani suntik pematangan paru yang bertujuan untuk menguatkan paru-paru janin di kandungan, sehingga jika terpaksa harus dikeluarkan lebih cepat, insyaAllah paru paru bayi sudah cukup kuat
Selanjurnya, ibun diminta kembali
konsul ke dokter fetomaternal. Karena dokter Eva Roria Silalahi selama Covid
nggak praktek, lalu disarankan periksa ke dokter R Aditya Kusuma SpOg di RSPI
Bintaro. Wew ternyata emang RS ini ruangannya bagus banget ya kayak hotel.
Biasa di Hermina, pindah kesini langsung betah hahahhaha. Sebelum periksa ibun
udah grogiiiii tingkat dewa. Sampe sampe tekanan darahnya melonjak 160/90.
MasyaAllah. Ibun berdoa terus supaya hasil pemeriksaan bagus, dan baby dalam
keadaan sehat.
First impression ibun ke pak dokter adalah dokternya masih muda dan penuh semangat. Pas ibun dan ayah masuk ruangan disambut dengan ramah sekali. Setelah memberikan surat rujukan dan menjelaskan kondisi kehamilan yang dirasa, ibun pun mulai diperiksa.
Tibalah di hari Sabtu, 2 May 2020.
Usia kehamilan masuk di week 36. Pada pemeriksaan minggu sebelumnya, bu dokter
udah wanti-wanti. Berat baby harus naik, at least sampe standart berat badan
minimal, yaitu 2,5kg. Sedangkan di usia week 35 kemarin, berat janin di angka
2,2kg. Maka dari itu, selama seminggu ibun makan seperti orang portugal (porsi
tukang gali 😄), buanyak... plus minum susu protein dan malamnya nyemil
eskrim. Sukses naik berat badan 3kg dalam 6 hari, hopefully adik bayi di dalam
perut juga naik beratnya.
Setiap momen periksa tensi adalah menjadi momen ter-tegang dalam hidup! Harus duduk manis, atur napas, bahkan ke toilet dulu sebelum di tensi, biar nilai tensi-nya nggak tinggi. Kadang trik ini berhasil, tapi sering juga gagal. Karena kalo tensi nya semakin tinggi, bisa berbahaya buat ibu dan bayi nya. Takut bangeeeet ibun tuh beneran deh! Berdoa terus terusannn 🙏🙏. Selanjutnya, harus konsultasi dulu ke dokter anastesi dan melakukan PCR tes serta ronsen thorax. Waktu ketika ibun melahirkan Gavin adalah ketika kondisi pandemi sedang serem seremnya, dan PSBB sedang total totalnya. Jadi beneran JUJUR SE-PARNO ITU AKUTUUU.
Konsul dengan kedua dokter spesialis
di Hermina lantai 5 sungguh bikin ciut. Terutama karena pagi RAME BANGET, MEN!
Apalagi situasi pandemi seperti ini, kita nggak tau kan ya disitu orang-orang pada sakit apa aja, dan khawatir ada OTG, makanya sebisa mungkin cari tempat duduk yang rada sepi-an. Hasil konsultasi dokter alhamdulillah bagus. Karena tensi yang masih tinggi, ibun harus minum obat penurun tensi dalam dosis double menjelang operasi. Harapannya adalah supaya pas tindakan tensinya dalam kondisi normal. Tidak putus putus ibun berdoa semoga proses kelahiran dilancarkan dan dimudahkan. Yang terpenting adalah Ibun dan baby di perut diberikan kesehatan dan keselamatan
Hari yang dinantikan pun tiba, ternyata jadwal operasi dimundurkan menjadi tanggal 6 May 2020 jam 13.00. Dari jam 8 pagi ibun sudah datang ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk nggak karuan. Nangis melulu karena takut. Bahkan ibun juga khawatir akan keadaan ibun sendiri, apakah ibun bisa melahirkan dengan selamat? Apakah tekanan darah ibun akan turun? Apakah kondisi baby di perut baik baik saja? Apakah dia akan lahir dengan sehat? Sebelum berangkat juga minta doa sama uti, akung, umi, abi. Bismillah... ibarat kalo peperangan, ini tuh udah di medan perang, i have no choice, harus maju terus! Ga ada pilihan untuk mundur atau ngumpet 😅
Tensi diperiksa, alhamdulillah MAGIC! KUASA ALLAH yang sebelumnya selalu diatas 130 bahkan sampai hampir 170, menjelang persalinan ada di angka normal yaitu 110. Ibun pun merasa lebih legaaaa. Selain itu, ibun selalu dipantau pakai alat CTG. Yaitu sebuah mesin yang berguna untuk memantau pergerakan dan detak jantung janin. Ada satu moment dimana pas di CTG bunyi detak jantung bayi nggak ketemu-ketemu. Duh, jantung ibun rasanya kayak mau copot, air mata udah langsung ngembeng. Dalam hati udah teriak-teriak "Jangan sampe ya Allah...jangan sampeee...." ibun masih trauma, flashback pas kehilangan kakak Kinawa. "Masih ada kan suster?" Ibun tanya. "Ada bu, cuma ini jauh... adeknya ngumpet" alhamdulillah ibun legaaaaa
Jam 12.00 ibun masuk ke ruang observasi. Ganti baju persiapan operasi. Moment melahirkan tiap anak emang beda-beda ya ceritanya. Waktu Mbak gendhis alhamdulillah bisa lahiran normal, sekarang melahirkan Gavin adalah pengalaman pertama ibun melahirkan melalui operasi sesar. Ayah cuma bisa nemenin sampai sini aja. Ibun berusaha menyemangati diri sendiri "bisa...bisa.. insyaAllah bisaaaaa". "Hai Riska.." tiba-tiba dokter diah sudah datang. "Sudah siap? Bismillah ya... nanti saya akan ada sayatan di bagian sini (kata bu dokter sambil nunjukin perut bagian bawah)...". Ibun langsung memotong "Waduh dok, udah dok, jangan diceritain" Ibun keki.
Masuk ruang operasi, ibun disambut
oleh dokter anastasi yang kemarin ketemu. Beliau nyalain lagu biar ga tegang
kayaknya. Karena ibun yakin wajah ibun pasti udah super kaku kayak kanebo. Lalu
dokter meminta supaya ibun duduk dengan perut menekuk ke dalam. "Kurang
nekuk bu, seperti kepiting..." Dan... njussssss... disuntik, sakit
bangetttt. Tapi abis gitu ibun udah nggak ngerasain apa-apa. Ibun cuma lihat
dipasangin alat di lengan kanan seperti pompa, kayaknya sih untuk memantau
tensi. Sepertinya sekitar 6 orang tenaga medis lain yang juga membantu.
Hari hari awal di hidupmu.
Gavin Kinawa Parfiz. Elang putih yang Bijaksana dan penuh keberuntungan.
Karena pandemi, yang boleh nemenin
di RS hanya satu orang, dan gak boleh ada yang jenguk. Jadilah ayah si suami
siaga, yang gercep dan standby menemani ibun.
Alhamdulillah, salah satu berkah
pandemi adalah nggak ada tamu yang datang menjenguk. Ibun dan ayah bisa full
istirahat dan tidurrrrrr sambil nonton K Drama.
Setelah tujuh tahun berselang, lalu kembali ke moment punya newborn dan menyusui lagi... SE HAPPY ITUUUU. Sayang sekali, ASI ibun belum juga keluar, tapi tetap berusaha di stimulasi. Karena kondisi BBLR, ibun mau adik bayi bisa mengejar berat badannya, dan merelakan sepenuh hati agar sementara dibantu susu formula dulu.
Hari berikutnya, baby sudah boleh rooming in dibawa ke kamar. Jujur ibun masih merasa gak percaya, masih kayak mimpi. Ya ampuuuuuuun jadi ini bayi gemesin yang kemarin ada di peruttttt dan bolak balik bikin ibun worried. Saking khawatirnya ibun sampai nazar kalau baby nggak masuk perina, ibun akan langsung bersedekah tertentu. Kamu imut banget, dan insyaAllah selalu sehat ya Nak. Gak lepas mata ibun memandangi kamu yang lagi bobo manis dan kadang ngulet2 sambil senyum di dalam box. Bersyukur tiada terkira. Meskipun kamu mungil, tapi kamu bayi yang kuat dan sehat. Alhamdulillah enggak perlu masuk inkubator atau pakai alat bantu.